KESULITAN+MASALAH=HIKMAH
Mulut
ini tak pandai berkata-kata. Kebahagiaan bersama sahabat kini telah usai di
masa-masa MA. Tak ku sangka akhirnya kita semua lulus dari sekolah tercinta.
Semoga persahabatan kita tak kan pernah usai setelah lulus dan mendapat
kesibukan masing-masing, walaupun kebahagian masa MA tidak dapat dipungkiri
kebahagiaannya yang sangat luar biasa, nanti kita bertemu dilain waktu. Setelah
lulus kebingunganpun muncul, bertanya-tanya mau meneruskan kuliah, kerja ataua
nikah itu pertanyaan dari sahabat-sahabatku. Aku berpikiran tetap ingin kuliah.
Karena aku tak pernah berpikir setelah lulus pilihannya nikah atau kerja.
Aku
adalah Diyah siswi MA Negeri di Cimahi. Umurku 17 tahun, masih muda kan? Tapi
november nanti umurku genap 18 tahun. Aku baru saja lulus dari MA dan menunggu
kelulusan satu lagi yaitu SNMPTN. Setelah tiga hari menunggu, ternyata aku
tidak lulus masuk ke universitas impianku. Lalu aku mencoba jalur dua yaitu
SBMPTN, tapi... sama saja aku pun belum beruntung. Ketika aku berkumpul dengan
sahabat-sahabatku, kami berbincang.
“Diyah kamu mau gimana? Mau meneruskan kuliah
ke swasta?” kata Nasfa sahabatku.
“Aku bingung Nas, tapi aku tetap dalam
pendirianku, walau aku gak diterima diperguruan tinggi negeri, aku akan tetap melanjutkan
di perguruan tinggi swasta. Soalnya aku gak kepikiran dari pilihan kuliah,
nikah, kerja. Aku gak kepikiran kesitu cuman aku mikirnya kuliah di PTN atau
PTS. Gak kepikiran buat nikah atau kerja, aku belum siap. Kalau kalian?”
“Aku juga sama Diy mau coba nyari dulu.” ucap
Amalia.
“yaudah kita cari bareng-bareng ya.” ucap
Alisha.
“Kalau aku masih bingung.” ujar Nurma.
“Kayanya aku kerja deh ikut om aku.” Nasfa
menembak pembicaraan Nurma.
“Aku juga sama kerja deh, soalnya nunggu kakak
aku lulus dulu.” Ujar Rahmah.
“Aku belum tau sih, tapi aku mau coba nyari
deh sama kaya kamu Diyah.” ujar Eni
“Yaudah gimana kalau kita ke perguruan tinggi
swasta yang di cimahi saja, biayanya terjangkau, aku kemarin nanya-nanya sama
pak Rudi, beliau kan menjadi dosen disana, gimana kalau kita coba kesana?”
ujarku.
“Ayo, besok jam 9 ya, gak pake lama.” ujar
Alisha.
Hari ini
kami berkunjung ke perguruan tinggi swasta dan ternyata alhamdulillah biayanya
terjangkau. Akhirnya aku, Eni, Alisha, dan Amalia daftar di kampus itu. Setelah
itu kami pulang ke rumah kita masing-masing. Aku pulang langsung menceritakan
kepada Ayah dan Bunda.
“Ayah, bunda, barusan aku sama teman-temanku
berkunjung ke perguruan tinggi swasta itu loh, yang waktu diceritain.” Ujarku
“Trus gimana hasilnya?” ujar ayah.
“Ya aku daftar, registrasinya hanya Rp.
300.000 yah, bun, dan biaya kuliahnya menurut Diyah sih terjangkau insya Allah
Ayah sama Bunda bisa biayain Diyah. Diyah juga mau berwirausaha menjual apa
saja, nanti join sama teman Diyah. Bagaimana Ayah, Bunda keberatan tidak Diyah
kuliah di PTS itu?” Ujarku.
“Ya sekiranya Diyah suka, nyaman, silahkan Ayah
sama Bunda gak ngelarang.” Ujar Bunda
“Ayah sama Bunda akan berusaha buat Diyah sama
ade-ade kamu, agar menuntut ilmu yang lebih tinggi jangan kayak Ayah sama Bunda.
Karena orangtua menginginkan anaknya menjadi lebih baik. Asalkan ingat! Diyah
harus benar-benar menuntut ilmu, jangan mengecewakan Ayah sama Bunda. Walaupun
kerjaan Ayah hanya di yayasan, yang gajihnya tak seberapa Dan Bunda di pabrik
saja, tapi kami berdua akan berusaha.” Ujar Ayah.
“Iya Ayah, Diyah akan berusaha semampu Diyah
dan Diyah akan memberikan yang terbaik buat Ayah sama Bunda.” Ujarku.
“Iya aamiin semoga apa yang dicita-citakan
kamu tercapai ya menjadi guru, ingat pesan Ayah sama Bunda, dan jaga
kepercayaan Ayah sama Bunda ya.” Ujar Ayah dan Bunda.
Aku pun menjawab “Aamiin, iya Ayah, Bunda
insya Allah Diyah ingat selalu pesan Ayah dan Bunda, serta menjaga kepercayaan
Ayah dan Bunda”.
Setelah beberapa minggu daftar, aku
dan teman-teman mengikuti ospek dikampus. Untungnya ospeknya hanya ospek
kampus, tidak ada ospek jurusan. Jadi tidak terlalu ribet dan banyak
mengeluarkan uang hehe. Setelah menjalankan ospek. Aku masuk kuliah pertama itu
pada siang hari. Hmmm nyebelin masuk
kuliah pertama siang-siang, panas dan pastinya ngantuk.Oh iya aku masuk jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sekelas sama Amalia dan juga Eni, tetapi
Eni sakit dari sehabis pendaftaran, aku turut prihatin sekali padahal daftar
bareng-bareng dengan semangat agar kita bisa kuliah bareng dan mengejar
cita-cita yang sama. Kalau Alisha dia jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Kit
berpisah dengan Alisha. Selang beberapa hari kuliah ada penerimaan himpunan,
ukm dan komunitas. Aku mengikuti himpunan dan juga komunitas seni sastra
tadinya ikut ukm padus cuman keluar aku fokus kedua organisasi tersebut. Aku
jalani kedua organisasi tersebut, dengan seringnya rapat, latihan, sampai
melaksanakan progam kerja.
Hari ini
hari pertama latihan untuk menggarap perlombaan. Hari-hari kemarin kita baru
kumpul, berkenalan, dan latihan untuk uji masuk komunitas. Kami latihan bersama
pelatih sekaligus dosen sastra yaitu Pak Anto.
Aku berkata “Ternyata latihan kali ini belum
dilaksanakan, seharusnya hari ini kan reading, tapi malah denger ceramah
pelatih, sumpahnya ngantuk banget, tapi lumayan sih dapat ilmu”.
Adzan dzuhur telah berkumandang, memanggil
kita untuk sholat terlebih dahulu. Sebelum pergi sholat, kita anggota Komunitas
Seni Sastra dikasih instruksi.
Pak Anto berkata “Selama perjalanan kalian
cari benda apapun yang sangat terkesan sekali pada hidup kalian, lalu bawa
setelah sholat kalian kumpul lagi disini dalam keadaan duduk melingkar dan
ceritakan benda yang berkesan itu.”
Aku dan anggota lainnya menjawab “ Iya siap
pak”.
Lalu
kita semua bergegas pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah shalat. Sambil
berjalan kita semua mencari benda yang diinstruksikan pak Anto. Tetapi kita
semua kebingungan, karena benda apa yang terkesan buat diri kita masing-masing.
Yanti bertanya “Kamu benda apa Diyah?”.
Aku pun menjawab “ Aku juga bingung belum
nemu, trus disangkut pautkan dengan apa lagi? Sholat dulu deh semoga ada
pencerahan gitu”.
Setelah
kita shalat, kita mencari benda yang menurut kita terkesan, sambil
berbincang-bincang tentang benda itu.
“Ahhh ini dia”. Aku berteriak dan mengambil
benda di pinggir selokan itu.
“Kenapa koran kotor yang kamu ambil Diyah?”. Kak
Agri bertanya.
Aku pun menjawab “Iya karena didalam koran ini terdapat gambar
motor dan itu berkaitan dengan kesanku, nanti deh aku ceritakan kalo aku sempet
atau ditunjuk hehe, tapi semoga aja engga aamiin haha”.
“Yeh kebiasaan kamu mah haha.” Ujar kak Agri.
Sesaat
sampai ruangan, kita membuat lingkaran dan pak Anto bertanya.
“Bagaimana pada bawa kan bendanya? Coba
perlihatkan! Ada yang sudah siap untuk menceritakan benda yang kalian bawa?”
Semuanya pada diam karena mungkin pada takut atau malu,
termasuk aku hehe.
“Yasudah Bapak tunjuk ya, Nur coba kamu!”
“Iya pak.”
Setelah Nur menceritakan benda yang berkesan bagi dia,
selanjutnya...
“Saya pak.” Ujar kak Anti (sambil mengacungkan
tangan kanannya).
“Ok langsung duduk ditengah, pejamkan mata,
lalu ceritakan, keluarkan ekspresi yang akan kamu keluarkan.”
“Baik pak.”
Cerita
dari kak Anti sangat sedih sekali, aku terharu, ekspresinya dapet, cerita, dan
perasaannya dapet. Selanjutnya aku mau mencoba, tapi takut, malu, ceritanya
takut gimana gitu.
“Saya pak mau.” Ujarku
“Ok silahkan Diyah lebih berekspresi ya,
totalkan”
“Iya pak. Assalammualaikum warrohmatullohhiwabarakatuh.
Disini saya membawa benda yang menurut saya berkesan bagi kehidupan saya. Pasti
banyak yang bertanya kenapa saya membawa koran kotor dan lecek ini? Ya bisa
terlihat didalam koran kecil yang kotor dan juga lecek ini terdapat sebuah
gambar motor. Benda yang berkesan bagi saya adalah motor, saya bawa saja ini,
soalnya tidak mungkin kan saya bawa motor yang dipakai Ayah saya. Jadi begini,
motor yang sudah tua dan selalu dibawa oleh Ayahku bernama Abah Supra. Dia sangat
berjasa sekali bagi keluargaku. Dulu pada tahun 2004 bertepatan dengan
kelahiran adikku yang pertama, Ayah di PHK dari pekerjaan yang telah
membesarkan ayah di dunia kerja sehingga dapat membeli tanah. Ayah kebingungan
tanah yang sedang dibangun baru sebagian, adik baru lahir, belum bayar hutang,
dan masih banyak keperluan lainnya. Uang PHKan tak seberapa dengan uang yang
harus dikeluarkan.
“Ini Bunda hasil uang PHK Ayah, maaf hanya
sedikit, silahkan belanjakan baju untuk anak-anak dan Bunda.” Ayah memberikan
uang dengan menangis.
“Kenapa Ayah menangis?” tanya bunda.
“Ayah senang dapat uang, tapi dilain sisi Ayah
sedih dan bingung kedepannya bagaimana? Anak-anak kita masih pada kecil,
kontrakan belum dibayar sedikit lagi, tanah disana belum selesai
pembangunannya.” Jawab ayah.
“Ya sudah Ayah tenang, Bunda akan tetap
berusaha membantu memperingan beban hidup, dengan tekun bekerja.”
“Terimakasih Bunda.” Sambil memeluk Bunda.
Waktu itu aku masih kelas 4 SD, masih belum terlalu
paham, dan aku bertanya pada Ayah dan Bunda. Setelah itu aku mulai paham. Ayah
bekerja serabutan pada waktu itu, membenarkan segala sesuatu yang selalu
diminta teman-temannya agar dapat membangun rumah. Akhirnya rumah di leuwigajah
dapat ditempati walau belum di atap, belum dikramik, belum dicat yang penting
sudah tidak mengontrak. Setelah pindah Ayah bertekad menjual jepit dan
gantungan-gantungan, tapi hanya sebentar dan mendapatkan hasil hanya Rp.5000
dari pagi hingga siang dengan membawa adik saya yang baru berumur 2 tahun.
Disitu Ayah merasa putus asa karena hanya mendapatkan Rp.5000 saja dan Ayah
sudah keliling hingga diam di puskesmas dan Ayah berniat ingin bekerja lagi di
pabrik. Tetapi aku dan bunda berusaha membantu dengan menjual jepit di dekat
ojek agar Ayah tidak putus asa. Disana aku dan Bunda berteriak...
“Ayo jepitnya teh, kang, bagus-bagus, akang ayo beli buat
pacarnya.” Aku berteriak, tapi aku heran masih SD tau pacar haha.
Suatu ketika datang bapak-bapak menghampiri
dan Bunda ngumpet, aku heran.
“Kenapa jualannya sendiri dek?”
“Engga kok sama Bunda, tapi lagi pergi dulu.”
Lalu Bunda datang...
“Itu bos Bunda, Bunda malu hehe.”
“Ih dikira apa Bunda, pantes ngumpet.”
Dzuhur kita pulang sambil membawa jepit yang
masih banyakdan hasilnya lumayan. Aku selalu membawa jepit juga ke sekolah.
“Neng tika, minta tolong dong jepitin sama
kuncirin rambut aku.” Ujarku kepada teman Sdku.
“Mana sini, bagus jepitnya, beli dimana?”
Temanku bertanya.
“Akhirnya bertanya.” Ujarku dalam hati.
“Aku jualan kok, aku bawa, mau beli, eh
temen-temen aku jualan jepit dan gantungan tas, ada yang mau beli?”
“Aku mau Diy, satu sama ini satu ya.” Neng
Tika membeli.
Alhamdulillah akhirnya teman-temanku pada beli jepit dan
gantungannya. Lumayan daripada dibuangkan sayang. Tadinya sisa jepit-jepit dan
gantungan tas yang lumayan masih banyak mau dibuang sama Ayah, tapi aku larang.
Ayah sekarang bekerja menjadi tukang bangunan di rumah temannya. Alhamdulillah
dari bekerja di teman Ayah, akhirnya Ayah banyak dipanggil untuk bekerja
membangun rumah. Selain itu Ayah diberi pekerjaan dengan mengojek di tetangga
yaitu Umi guru ngajiku. Ayah mengojek dari jam 03.00 atau 02.00 sampai pukul
05.00. Ketika sudah sesesai bekerja membangun rumah, Ayah merawat aku dan
adik-adikku, terkadang aku membawa adikku sambil main bahkan sambil berjualan
di depan rumah tetanggaku yang didepan.
Suatu ketika Ayah bertemu dengan tetangga yaitu pak Indra,
ia berbicara pada Ayah.
“Haha Mas sekarang jarang
main yah? Oh udah ganti profesi ya, sekarang mah pake rok..” Ujar pak indra
seperti meledek.
“Iya euy, habis nyari
kerjaan teh susah, sabar aja sekarang mah, walau istri yang bekerja yang
penting saya bisa meringankan istri dengan cara mengasuh anak-anak kami. Lagian
masih ada yang manggil saya bekerja walau menjadi tukang bangunan dan mengojek,
trus anak-anak gak terlantar. Alhamdulillah saya mempunyai istri yang baik dan
sabar, malah dia yang memberikan semangat agar tidak berputus asa.” Ayah
menjawab dengan lantang, dari yang tadi terpojokkan sehingga bangun dari
keterpurukan.
Lalu pak indra pun diam
membisu dan pergi berpamitan.
“emm yaudah saya pergi dulu.” Dengan sinis dan kesal pak
Indra berpamitan.
Setelah itu Ayah
berfikir keras berkeinginan bekerja di perusahaan dan menjadi karyawan lagi,
karena Ayah merasa di injak-injak harga dirinya sebagai seorang lelaki. Ayah
beribadah dan berdoa kepada Allah SWT semoga Allah SWT merencanakan yang
terbaik bagi kehidupan ini. Ayah percaya Allah akan memberikan hikmahnya kepada
keluarga kami. Selama beberapa tahun
Ayah masih bekerja serabutan, menunggu panggilan pekerjaan.
Suatu hari saudara bunda datang ke rumah silaturahmi dan
beberapa bulan kemarin Ayah menjemput nenek dari Jawa untuk tinggal disini
bersama kami. Tadinya nenek tidak mau, nenek lebih senang di kampung halamanna
sendiri. Tetapi kami sekeluarga khawatir 3 hari sebelum dijemput, nenek pingsan
di tengah rumah yang luas, sendiri, dan rumah nenek ditengah-tengah pohon-pohon
yang tinggi seperti hutan. Nenek pingsan tidak ada yang tau, saudara datang ke
rumah nenek menjelang magrib dan nenek dalam keadaan belum sadar. Setelah ayah
dan bunda dikabarkan begitu, ayah dan bunda cepat-cepat menelpon agar nenek mau
dibawa ke Bandung. Nenek mau dibawa ke Bandung asalkan oleh ayah. Akhirnya Ayah
pulang ke jawa dan menjemput nenek. Semenjak nenek ada di rumah,
saudara-saudara dari bunda berdatangan. Nah saudara dari bunda yang datang kali
ini namanya om To, beliau datang bukan hanya silaturahmi saja, beliau datang
membawa kabar gembira, beliau memberitahu.
“Ada lowongan pekerjaan mas, mas mau?”
“mau dimana? Jadi apa?” Ayah bertanya.
“ditempat saya mas, nanti dikasih tau lebih lanjut lagi
ya mas.” Jawab om To.
“iya makasih loh To,
alhamdulillah akhirnya penantian panjang, membuahkan hasil, terimakasih ya
Allah SWT.” Ujar ayah sambil sujud syukur.
Setelah
sekian lama menunggu, akhirnya membuahkan hasil. Ayah sekarang sudah mulai
bekerja di perusahaan tekstil, walaupun aya bukan di PT.nya tapi di yayasannya,
Ayah tetap bersyukur, ayah juga tidak meninggalkan ngojeknya kepada guru
ngajiku.
“Terkadang aku sedih melihat Ayah pagi-pagi
pukul 02.00 atau 03.00 berangkat mengojek ke pasar, pulang pukul 05.00 ayah
sudah membeli sayur mayur membantu bunda masak didapur karena bunda kerja pagi,
setelah itu ayah mengantar bunda bekerja, mengantar kedua adikku bersekolah,
lalu mengantarku sekolah, setelah pukul 07.35 ayah berangkat kerja, ayah pulang
pukul 17.00. lalu kadang ada tetangga yang ingin minta tolong membenarkan
sepeda, ban bocor, kompor rusak, listrik rusak, pasang gas dan lainnya sehabis
pulang kerja bahkan hingga malam. Selain itu pulang kerja, ayah selalu
menjemputku, karena baru pulang sekalian dan uangnya bisa disisihkan. Aku tak
pernah malu walau sudah kuliah masih dijemput, malah aku bangga, dan jarang
ayah seperti ayahku. Ayah tak letihnya
engkau, waktu istirahat hanya sedikit
sekali. Tetapi aku sangat bangga mempunyai ayah yang tak kenal letih, membantu
orang tanpa pamrih. Aku akan mengikuti jejak langkahmu ayah. Tak lupa motor
ayah yaitu abah supra sangat berjasa sekali.”
Walaupun
pas-pasan aku masih bersyukur masih bisa makan. Pernah ku mengeluh soal uang jajan. Aku sudah kuliah tapi aku
hamya diberi bekal Rp.10.000 perhari, malah sekarang diganti perminggu, tapi
ayah tidak memberi Rp.70.000 bahkan hanya Rp.50.000 perminggu. SMP hanya
Rp.3000 dan SMA Rp.6000 plus ongkos angkot Rp.2000. Aku iri dengan
teman-temanku yang diberi uang orangtuanya Rp.30.000 perhari bahkan ada yang
Rp.50.000-Rp.100.000 perhari, sedangkan aku Rp.50.000 perminggu.
“Seharusnya kamu lebih bersyukur masih diberikan uang
sama ayah, yang penting kamu bisa jajan.”
“Tapi ayah, cukup apa uang segitu? Nasi di depan kampus
Rp.9000 belum minum, belum jajan, belom fotocopyan, belum printan, belum
lain-lain.”
“Ya nasi kamu bawa dari rumah aja.”
“berat ayah, lagian kalau fotocopy dan bayar apa-apa yang
tak terduga?”
“Udah ayah percaya kok sama kamu, kamu bisa
menyelesaikannya sendiri.”
Aku
kesal sama ayah, aku minta naikkin uang jajan aku tapi ayah gak mau. Tapi makin
kesini aku bisa menyisihkan uang jajanku, aku kadang jajan kadang tidak dan
selalu ada uang sisa. Uang yang selalu aku sisihkan selalu aku belikan barang
yang aku mau seperti sepatu, baju, dan kerudung. Jika aku mendapatkan uang
kecil aku tidak pernah panik, malah aku selalu berfikir bagaimana caranya uang
ini tidak dibelikan semua. Sekarang aku sadar mengapa ayah percaya sama aku,
aku dari kecil selalu diberi uang tidak banyak, agar aku bisa menerima uang
sedikitpun dari orang lain dengan aku tidak mengeluh tapi malah berfikir
bagaimana memenej uang dengan baik, serta lebih mandiri lagi. Terimakasih ayah
dan bunda.
Begitu
cerita kehidupan yang selama ini aku alami, aku sangat bersyukur mempunyai
mereka ayah, bunda, dan adik-adikku yang sayang padaku. Dalam kesusahan
janganlah kita terlalu terpuruk dan berputus asa, apalagi sampai menyalahkan
Tuhan kita yaitu Allah SWT, Allah telah mengatur semuanya dengan baik, karena
dibalik itu semua pasti ada hikmahnya.” Sambil menangis aku pun menyelesaikan
ceritanya.
Pak Anto berkata “Ok Diyah, bagus, ada lagi terakhir?”
Temanku
putra yang mengakhiri dengan ceritanya yang sedih.
Pak Anto berbicara “ Nah dari cerita-cerita yang telah
kalian ceritakan dengan suasana sedih danteman-teman yang mendengarkan pun
terbawa sedih. Ini yang dinamakan olah rasa. Bisa dengan cara ini kalian olah
rasa. Olah rasa untuk lebih mendalami peran, tapi karena ini belum terpilih,
tapi jika ada peran sedih kalian bisa terbawa atau bisa membayangkan cerita
tersebut. Sebenarnya masih banyak lagi, ya nanti lain kali ya.”
Setelah
itu kami berdoa dan pulang. Keesokan harinya di kampusku ada pemberitahuan
beasiswa dari gubernur. Barangsiapa mahasiswa yang mau ikut siapkan
berkas-berkas yang tercantum di mading.
“Ah aku mau ikutan, semoga we dapet.” Ujarku.
“Iya hayu ah.” Ujar temanku.
Aku dan
teman-teman menyiapkan berkas, lalu meminta izin kepada ayah dan bunda. Tetapi
setelah disiapkan, tinggal berkas dari SMA dan SKTM tiba-tiba ayah dan bunda
tidak setuju.
“udah ngapain ikut beasiswa tapi pakai surat
keterangan tidak mampu?” Suara Bunda yang lantang.
“ih bunda memang ketentuannya seperti itu.”
“selagi ayah sama bunda bisa biayain kamu
kuliah, tidak usah ikut-ikutan seperti itu.” Ujar ayah.
“Yaudah kalau gak boleh, kan cuman ingin bantu
ayah dan bunda saja.” Ujarku sambil kesal.
“Bantunya kamu belajar yang bener.” Kata ayah
dan bunda.
Ayah dan
bunda sangat tidak setuju, bunda aneh dan katanya ribet masa beasiswa pake
surat keterangan miskin, dan kata ayah selagi mampu gak usah kalo gak minjem
aja. Ya terpaksa aku gak ikut. Gapapa semoga ada rezeki lebih, walau sayang
karena menyia-nyakan reszeki, mungkin belum rezekinya. Lusa prodi PBS. Indonesia mengadakan seminar
nasional. Seminar nasionalnya mendatangkan bintang tamu yang sangat luar biasa
dan ada para pemakalah. Tetapi bayarnya ya lumayan menurut aku mahal. Aku malu
mau minta tapi mau gimana lagi, walau keluarga kita lagi meopet-mepetnya uang,
beras mau habis tinggal dua gelas lagi.
Hari ini
adalah seminar nasional PBS. Indonesia. Dalam seminar nasional ini kita disuruh
membuat puisi. Tiba-tiba datanglah ketua komunitas Seni Sastra.
“Diyah nanti setelah ini jam 13.00 ke ruang
himpunan ya menghadap ketua himpunan.” Ujar kak Iwan.
“Ada apa
ya kak?” tanyaku heran.
“Udah
nanti datang aja.” Jawaban kak Iwan.
“oh siap
kak.” Ujarku lalu pergi.
Aku
bertanya-tanya, ada apa? Jadi degdegan, aku takut. Apakah aku ada salah di
himpunan? Soudzonku mulai datang merembet. Pukul 13.00 pun tiba, aku pergi ke
ruang himpunan dan meminta temanku mengantarku. Akhirnya bertemu.
“Diyah
ikut kakak ke dalam, via diam dulu diluar ya.” Ujar kak Iwan.
“Aduh makin deg-degan kenapa sendiri lagi,
takut diintrogasi apa gitu.” Ujarku sambil masuk.
“Diyah jadi gini, kan ada mahasiswa yang
beasiswanya dicabut. Nah penggantinya dicari dari prodi kita dan angkatan 2014.
Trus dari Prodi menyuruh kakak untuk mencari penggantinya, dan penggantinya
kakak tunjuk kamu.” Ujar kak Iwan.
“Aku kak? “
“Iya, mangkannya kakak panggil, jangan dikasih
tau kesiapa-siapa. Besok kamu datang ke ruangan pak Jaja, siapkan prosedurnya,
tanya ke pak Jaja.”
“Iya, tapi takut.”
“gak usah takut, yaudah besok kakak antar.”
“Iya kak, makasih.”
Alhamdulillah setelah diantar kak Iwan, lalu
menyiapkan prosedurnya sampai harus ke MA dan Kelurhan akhirya membuahkan
hasil. Aku mendapatkan beasiswa itu dan sudah cair uangnya. Ayah dan bunda
menyetujui karena aku bersikeras memperjuangkannya. Aku bilang malu sudah
ditunjuk, dipercayai masa disia-siakan, susah dapatnya juga. Aku membuktikannya
dengan berusaha sendiri mempersiapkannya dan aku bilang aku akan membuktikan
pada ayah dan bunda, tidak akan mengecewakan.
“Ayah, Bunda alhamdulillah berkat doa ayah dan
bunda, Diyah mendapatkan beasiswa itu.”
“Syukur nak, kami bangga padamu, tapi kenapa
kamu ya?”
“Aku juga bingung ayah, bunda. Ah apa karena
aku cerita di komunitas ya?”
“cerita apa?”
“Ya jadi Diyah sama temen-temen disuruh cari
benda yang berkesan, nah Diyah ambil koran yang ada gambar motor, Diyah ceritai
Abah supra, ayah dan keluarga kita.”
“oh gitu.”
“Tapi ayah, bunda, kan kak Iwan gak ikutan, oh
apa dikasih tau sama wakilnya kak Anti.”
“Yaudah mungkin ini rezeki dari Allah yang
baru diberikan padamu, bersyukurlah pada Allah.”
“iya ayah, bunda, tak lupa bersyukur pada
Allah SWT.”
Kita Sebagai manusia jangan mudah menyerah
jika apa yang kita harapkan atau kita inginkan belum tercapai. Kita jangan
mudah putus asa dalam menghadapi masalah apapun. Karena tidak ada masalah yang
tidak bisa diselesaikan. Allah memberikan cobaan tidak akan melebihi kemampuan
hambanya dan dibalik itu semua ada hikmahnya. Siapa yang bersungguh-sungguh
pasti akan berhasil. Jangan lupa selalu bersyukur pada Allah SWT.
KARYA:
NAMA :
ESA KHOIRUNI ABDIYAH
NIM :14210201
KELAS/ANGKATAN: A3 PBS. INDONESIA 2014